3.5.19

Go-Food Dominasi Online Food Delivery, Grab Hadapi Persaingan

Go-Food lebih dipercaya UMKM Sebagai Online Food Delivery-Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 2015, Go-Jek kini menguasai 80% pangsa pasar online food delivery di Indonesia lewat layanan Go-Food. Hal ini juga didukung kuat oleh jumlah pesanan yang tumbuh 7 kali lipat dalam 2 tahun terakhir.

Menurut riset dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), keberadaan Go-Food sudah mendominasi pasar. Hal ini tentu menunjukkan kepopulerannya baik di kalangan konsumen maupun mitranya. Riset tersebut menyebutkan 92% mitra bergabung bersama Go-Jek karena teknologi Go-Food.

Wakil Kepala LD FEB UI, Dr. Paksi C.K. Walandouw, dalam keterangan tertulis mengungkapkan bahwa Brand awareness Go-Food membuat para UMKM semakin yakin usaha mereka bisa berkembang dengan aplikator tersebut. Tidak hanya itu, aspek teknologi yang dinilai lebih superior juga menambah keyakinan dan kepercayaan UMKM terhadap layanan pesan antar-makanan.

Brand awareness yang telah terbangun dengan baik di mata pelanggan, juga membuat para UMKM semakin yakin usaha mereka bisa berkembang.

Paksi mengungkapkan bahwa aspek teknologi yang dinilai lebih superior juga menambah keyakinan dan kepercayaan UMKM terhadap layanan pesan antar-makanan.

Menurut Paksi, kepercayaan ini tumbuh dari teknologi Go-Food yang dicap unggul oleh mitra merchant. 90% mitra bergabung karena aplikator tersebut sudah ada lebih lama di Indonesia, lebih terpercaya serta lebih aman dibandingkan kompetitor.

Selain itu, aplikasi penyedia jasa pesan antar ini juga dinilai menguntungkan para mitra, terutama yang skala bisnisnya kecil dan menengah. Tercatat 93% mitra UMKM melaporkan peningkatan volume transaksinya setelah menggunakan aplikasi manajemen merchant Go-Food.

Berdasarkan riset tersebut, Chief Commercial Expansion Go-Jek Catherine Hindra Sutjahyo yakin kalau aplikator ini tak hanya sukses di Indonesia melainkan juga di Asia Tenggara.

“Melihat kepercayaan mitra dan konsumen dalam memanfaatkan teknologi, kami yakin Go-Food tidak hanya dapat terus memimpin pasar Indonesia, tapi juga memperkuat posisinya di Asia Tenggara,” katanya.

Sebagai informasi, hasil dari riset LDUI tersebut dilakukan kepada 1.000 mitra UMKM Go-Food di 9 kota. Balikpapan, Bandung, Jabodetabek, Denpasar, Makassar, Medan, Palembang, Surabaya, Yogyakarta. Selain itu, hasil riset juga ditemukan bahwa mitra aplikator tersebut turut berkontribusi sebesar Rp 18 triliun kepada perekonomian Indonesia.

Nilai transaksi GO-FOOD menembus US$ 2 miliar sepanjang tahun 2018 atau sekitar Rp 27,67 triliun.

Bagian dari ekosistem GOJEK ini menjelma menjadi market leader layanan pesan antar makanan secara online di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara.

Berdasarkan hasil riset IDN Times yang melibatkan 258 responden di enam kota besar Indonesia mengungkapkan GO-FOOD mendominasi dengan angka signifikan mencapai 74,8% untuk aplikasi pesan antar yang sering dipakai.

Pesaingnya yakni GrabFood hanya sebesar 20,9% dan sisanya layanan delivery dari outlet sebesar 3,1%.

Riset juga menyebut bahwa dalam sepekan kaum milenial Indonesia paling sedikit menghabiskan Rp 50 ribu sampai Rp 150 ribu untuk memesan makanan via aplikasi pesan antar.

Sebesar 44,2% dari responden diketahui masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa yang justru belum memiliki penghasilan sendiri.

Chief Corporate Affairs GOJEK Nila Marita mengungkapkan GO-FOOD saat ini merupakan layanan pesan-antar makanan terbesar di Asia Tenggara. ”GO-FOOD terus menjadi pemimpin pasar dengan GTV (Gross Transaction Value) mencapai US$ 2 miliar,” tutur Nila dalam rilis yang diterima.

Layanan GO-FOOD hadir untuk memberikan solusi terhadap tantangan terkait akses pasar yang lebih luas serta akses ke teknologi. Dengan menjadi merchant GO-FOOD pelaku usaha dapat terhubung secara langsung dengan ratusan juta pelanggan setia lainnya.

Hingga saat ini menurut Nila GOJEK telah bermitra dengan sekitar 300.000 merchant di Indonesia. Sebesar 80% di antaranya merupakan UMKM kuliner yang telah merasakan manfaat perluasan pasar secara langsung.

Sementara pada Desember 2018 lembaga riset independen asal Singapura FT Confidential Research juga melansir aplikasi pembayaran online Go-Pay milik GOJEK menjadi platform pembayaran digital (Cashless) paling populer di Indonesia.

Riset tersebut mencatat Go-Pay sebagai the Most Popular Mobile Payment Services dengan dominasi mencapai hampir 70%. Jauh melebihi OVO milik grup Lippo yang juga ada di aplikasi Grab sebesar 42%.

"Survei kami menemukan bahwa Go-Pay digunakan oleh hampir tiga perempat pengguna pembayaran seluler di tiga bulan hingga akhir September, naik sedikit dari periode yang sama tahun lalu. Diikuti oleh OVO yang digunakan oleh sekitar 42%," tulis analis FT Confidential Research, Andi Haswidi.


GrabFood Hadapi Persaingan

Dalam kompetisi Grab dan Go-Jek untuk mendominasi pasar Indonesia, layanan pengiriman makanan memainkan peran penting. Lini bisnis itu dipengaruhi oleh permintaan yang kemudian menghasilkan pendapatan yang menjanjikan.

Untuk itu, Grab mulai membangun dapur khusus pengiriman untuk memberikan lebih banyak pilihan bagi pembeli di lini bisnis pengiriman makanan mereka. Pada September lalu Grab membuka satu dapur pengiriman di bilangan Jakarta Barat. Sekarang, mereka menambahkan dua lokasi baru, yakni di Cideng dan Kramat, Jakarta Utara.

GrabKitchen pertama di Jakarta Barat mampu mengurangi rata-rata waktu pengiriman pesanan GrabFood di Jakarta Barat sebesar 20%, kata pihak Grab dilansir dari KrAsia (16/4/2019).
GrabKitchen mengajak para restoran untuk membuka cabang lokal di fasilitas itu, sehingga mereka dapat melayani pelanggan di sekitarnya untuk menggunakan armada dan aplikasi Grab. Tujuannya, membantu pedagang kecil memperluas bisnis mereka tanpa mengharuskan mereka berinvestasi dalam mendirikan bangunan baru.

Contohnya, pedagang kaki lima yang terkenal di satu bagian kota dapat lebih mudah mendirikan toko di lingkungan baru dengan cara tersebut. Cara itu juga memungkinkan usaha kecil diluar Jakarta untuk membuka cabang di Ibukota. Konsep itu sendiri mirip dengan Go-Resto yang kini bernama Go-Biz milik Go-Jek.

Bisnis pengiriman makanan telah berkembang sangat cepat di Indonesia dan Asia Tenggara. Volume pengiriman GrabFood tumbuh hampir 10 kali lipat di Indonesia dari Desember 2017 hingga Desember 2018, menurut Tomaso Rodriguez, Wakil Presiden GrabFood.***

Sumber : detik/tribun/wartaekonomi

Go-Food lebih dipercaya UMKM Sebagai Online Food Delivery-Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 2015, Go-Jek kini menguasai 80% pangsa pasar online food delivery di Indonesia lewat layanan Go-Food. Hal ini juga didukung kuat oleh jumlah pesanan yang tumbuh 7 kali lipat dalam 2 tahun terakhir.

Menurut riset dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), keberadaan Go-Food sudah mendominasi pasar. Hal ini tentu menunjukkan kepopulerannya baik di kalangan konsumen maupun mitranya. Riset tersebut menyebutkan 92% mitra bergabung bersama Go-Jek karena teknologi Go-Food.

Wakil Kepala LD FEB UI, Dr. Paksi C.K. Walandouw, dalam keterangan tertulis mengungkapkan bahwa Brand awareness Go-Food membuat para UMKM semakin yakin usaha mereka bisa berkembang dengan aplikator tersebut. Tidak hanya itu, aspek teknologi yang dinilai lebih superior juga menambah keyakinan dan kepercayaan UMKM terhadap layanan pesan antar-makanan.

Brand awareness yang telah terbangun dengan baik di mata pelanggan, juga membuat para UMKM semakin yakin usaha mereka bisa berkembang.

Paksi mengungkapkan bahwa aspek teknologi yang dinilai lebih superior juga menambah keyakinan dan kepercayaan UMKM terhadap layanan pesan antar-makanan.

Menurut Paksi, kepercayaan ini tumbuh dari teknologi Go-Food yang dicap unggul oleh mitra merchant. 90% mitra bergabung karena aplikator tersebut sudah ada lebih lama di Indonesia, lebih terpercaya serta lebih aman dibandingkan kompetitor.

Selain itu, aplikasi penyedia jasa pesan antar ini juga dinilai menguntungkan para mitra, terutama yang skala bisnisnya kecil dan menengah. Tercatat 93% mitra UMKM melaporkan peningkatan volume transaksinya setelah menggunakan aplikasi manajemen merchant Go-Food.

Berdasarkan riset tersebut, Chief Commercial Expansion Go-Jek Catherine Hindra Sutjahyo yakin kalau aplikator ini tak hanya sukses di Indonesia melainkan juga di Asia Tenggara.

“Melihat kepercayaan mitra dan konsumen dalam memanfaatkan teknologi, kami yakin Go-Food tidak hanya dapat terus memimpin pasar Indonesia, tapi juga memperkuat posisinya di Asia Tenggara,” katanya.

Sebagai informasi, hasil dari riset LDUI tersebut dilakukan kepada 1.000 mitra UMKM Go-Food di 9 kota. Balikpapan, Bandung, Jabodetabek, Denpasar, Makassar, Medan, Palembang, Surabaya, Yogyakarta. Selain itu, hasil riset juga ditemukan bahwa mitra aplikator tersebut turut berkontribusi sebesar Rp 18 triliun kepada perekonomian Indonesia.

Nilai transaksi GO-FOOD menembus US$ 2 miliar sepanjang tahun 2018 atau sekitar Rp 27,67 triliun.

Bagian dari ekosistem GOJEK ini menjelma menjadi market leader layanan pesan antar makanan secara online di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara.

Berdasarkan hasil riset IDN Times yang melibatkan 258 responden di enam kota besar Indonesia mengungkapkan GO-FOOD mendominasi dengan angka signifikan mencapai 74,8% untuk aplikasi pesan antar yang sering dipakai.

Pesaingnya yakni GrabFood hanya sebesar 20,9% dan sisanya layanan delivery dari outlet sebesar 3,1%.

Riset juga menyebut bahwa dalam sepekan kaum milenial Indonesia paling sedikit menghabiskan Rp 50 ribu sampai Rp 150 ribu untuk memesan makanan via aplikasi pesan antar.

Sebesar 44,2% dari responden diketahui masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa yang justru belum memiliki penghasilan sendiri.

Chief Corporate Affairs GOJEK Nila Marita mengungkapkan GO-FOOD saat ini merupakan layanan pesan-antar makanan terbesar di Asia Tenggara. ”GO-FOOD terus menjadi pemimpin pasar dengan GTV (Gross Transaction Value) mencapai US$ 2 miliar,” tutur Nila dalam rilis yang diterima.

Layanan GO-FOOD hadir untuk memberikan solusi terhadap tantangan terkait akses pasar yang lebih luas serta akses ke teknologi. Dengan menjadi merchant GO-FOOD pelaku usaha dapat terhubung secara langsung dengan ratusan juta pelanggan setia lainnya.

Hingga saat ini menurut Nila GOJEK telah bermitra dengan sekitar 300.000 merchant di Indonesia. Sebesar 80% di antaranya merupakan UMKM kuliner yang telah merasakan manfaat perluasan pasar secara langsung.

Sementara pada Desember 2018 lembaga riset independen asal Singapura FT Confidential Research juga melansir aplikasi pembayaran online Go-Pay milik GOJEK menjadi platform pembayaran digital (Cashless) paling populer di Indonesia.

Riset tersebut mencatat Go-Pay sebagai the Most Popular Mobile Payment Services dengan dominasi mencapai hampir 70%. Jauh melebihi OVO milik grup Lippo yang juga ada di aplikasi Grab sebesar 42%.

"Survei kami menemukan bahwa Go-Pay digunakan oleh hampir tiga perempat pengguna pembayaran seluler di tiga bulan hingga akhir September, naik sedikit dari periode yang sama tahun lalu. Diikuti oleh OVO yang digunakan oleh sekitar 42%," tulis analis FT Confidential Research, Andi Haswidi.


GrabFood Hadapi Persaingan

Dalam kompetisi Grab dan Go-Jek untuk mendominasi pasar Indonesia, layanan pengiriman makanan memainkan peran penting. Lini bisnis itu dipengaruhi oleh permintaan yang kemudian menghasilkan pendapatan yang menjanjikan.

Untuk itu, Grab mulai membangun dapur khusus pengiriman untuk memberikan lebih banyak pilihan bagi pembeli di lini bisnis pengiriman makanan mereka. Pada September lalu Grab membuka satu dapur pengiriman di bilangan Jakarta Barat. Sekarang, mereka menambahkan dua lokasi baru, yakni di Cideng dan Kramat, Jakarta Utara.

GrabKitchen pertama di Jakarta Barat mampu mengurangi rata-rata waktu pengiriman pesanan GrabFood di Jakarta Barat sebesar 20%, kata pihak Grab dilansir dari KrAsia (16/4/2019).
GrabKitchen mengajak para restoran untuk membuka cabang lokal di fasilitas itu, sehingga mereka dapat melayani pelanggan di sekitarnya untuk menggunakan armada dan aplikasi Grab. Tujuannya, membantu pedagang kecil memperluas bisnis mereka tanpa mengharuskan mereka berinvestasi dalam mendirikan bangunan baru.

Contohnya, pedagang kaki lima yang terkenal di satu bagian kota dapat lebih mudah mendirikan toko di lingkungan baru dengan cara tersebut. Cara itu juga memungkinkan usaha kecil diluar Jakarta untuk membuka cabang di Ibukota. Konsep itu sendiri mirip dengan Go-Resto yang kini bernama Go-Biz milik Go-Jek.

Bisnis pengiriman makanan telah berkembang sangat cepat di Indonesia dan Asia Tenggara. Volume pengiriman GrabFood tumbuh hampir 10 kali lipat di Indonesia dari Desember 2017 hingga Desember 2018, menurut Tomaso Rodriguez, Wakil Presiden GrabFood.***

Sumber : detik/tribun/wartaekonomi